Menurut Stahl (dalam Solihatin 2007: 7) prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif ada 8 yaitu: “1) perumusan hasil belajar siswa harus jelas, 2) penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar, 3) ketergantungan yang bersifat positif, 4) interaksi yang bersifat terbuka, 5) kelompok bersifat heterogen, 6) interaksi sikap dan prilaku sosial dan positif, 7) tindak lanjut atau follow up, 8) kepuasan dalam belajar”.
1) Perumusan hasil belajar siswa harus jelas
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang diinginkan guru untuk dilakukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran ini disampaikan guru sebelum kelompok belajar terbentuk.
1) Perumusan hasil belajar siswa harus jelas
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang diinginkan guru untuk dilakukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran ini disampaikan guru sebelum kelompok belajar terbentuk.
2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
Guru hendaknya mampu mengkondisikan kelas agar siswa mampu menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas.
3) Ketergantungan yang bersifat positif
Untuk mengkondisikan terjadinya interdepedensi antara siswa dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga siswa siswa memahami dan mungkin untuk melakukan hal itu dalam kelompoknya Johnson (dalam Solihatin 2007: 7). Guru harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk merancang dan mengevaluasi diri dan teman sekelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan untuk memahami materi pelajaran, sehingga siswa merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
4) Interaksi yang bersifat terbuka
Di dalam kelompok interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi. Mereka akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara positif dan terbuka.
5) Kelompok bersifat heterogen
Pembentukan kelompok belajar koopetratif, keanggotaan kelompoknya harus bersifat heterogen sehingga dalam suasana belajar akan tumbuh dan berkembang nilai sikap dan moral dan perilaku siswa.
6) Interaksi sikap dan prilaku sosial dan positif
Siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas kelompok, yang mana interaksi yang dilkukan siswa tidak bisa memaksakan kehendaknya pada anggota kelompok lain. Siswa harus belajar bagaimana meningkatkan keterampilan dalam memimpin, berdiskusi, berorganisasi dan mengklarifikasikan berbagai masalah.
7) Tindak lanjut atau follow up
Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan bekerjasama, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja yang dihasilkan.
8) Kepuasan dalam belajar
Pengembangan suasana yang kondusif bagi kelompok belajar dan hubungan yang bersifat interpersonal diantara sesama anggota harus ditumbuhkan oleh guru sehingga kelompok belajar dapat bekerja dan belajar secara produktif.
Sumber:
Etin Solihatin, Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Bumi Aksara
0 komentar:
Posting Komentar