Materi Pokok : Penjajahan Belanda di Indonesia
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/ Semester : V/ II
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/ Semester : V/ II
1. SEBAB JATUHNYA DAERAH-DAERAH NUSANTARA KE DALAM KEKUASAAN PEMERINTAHAN BELANDA
Belanda datang ke Indonesia pada 1596. Kapal mereka mendarat di Banten. Mereka datang di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Tujuan Belanda datang ke Indonesia untuk menguasai perdagangan rempah-rempah. Untuk memperkuat kedudukannya, pada 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) yang berarti Perserikatan Dagang Hindia Timur di Batavia. Untuk mema¬jukan usahanya VOC diberi beberapa hak khusus disebut Octroi dari pemerintah Belanda, yaitu:
1) Hak melakukan monopoli perdagangan di daerah yang ditempati.
2) Membentuk tentara sendiri, mengangkat pegawai, dan membentuk pengadilan.
3) Melakukan perjanjian politik dan ekonomi dengan kerajaan-kerajaan, serta melakukan perang atau damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.
4) Hak mencetak mata uang sendiri.
Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both. Kemudian diganti Jan Pieterszoon Coen. Di bawah kepemimpinan JP Coen, VOC mengalami kemajuan pesat. Ia mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Batavia kemudian dijadikan pusat pemerintahan dan kegiatan VOC.
Mula-mula kegiatan VOC hanya berdagang. Akan tetapi, lama-kelamaan VOC berusaha men¬guasai perdagangan (monopoli). Di Maluku VOC melakukan Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku agar tidak menjual rempah-rempah mereka kepada pedagang lain. Pusat-pusat perdagangan yang di-kuasai VOC adalah Ambon, Jayakarta, dan Banda.
Setelah perdagangannya maju, VOC mulai melakukan penjajahan. Mereka memecah belah kekuatan rakyat dengan mengadu domba. Siasat ini disebut “devide et impera”.
Pada Tanggal 31 De-sember 1799, VOC dibubarkan. Dan pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan VOC di Indonesia digantikan langsung oleh pemerintah Kerajaan Belanda. VOC dibubarkan karena sebab-sebab berikut ini.
1. Pejabat-pejabat VOC melakukan korupsi dan hidup mewah.
2. VOC menanggung biaya perang yang sangat besar.
3. Kalah bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.
4. Para pegawai VOC melakukan perdagangan gelap.
2. SISTEM KERJA PAKSA DAN PENARIKAN PAJAK YANG MEMBERATKAN RAKYAT
Pada 31 Desember 1799 pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Pada 1806, Napoleon Bonaparte (Kaisar Perancis) berhasil menaklukkan Belanda. Napoleon kemudian mengubah bentuk negara Belanda dari republik menjadi kerajaan. Napoleon mengutus Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal ke Indo-nesia.
a. Kerja Paksa (Rodi)
Pada saat VOC dibubarkan, Belanda sedang bermusuhan dengan Inggris. Untuk mempertahankan kekuasaan Belanda di Pulau Jawa, Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya. Jalan raya ini dibuat dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur). Kekejaman Gubernur Jenderal Daendels terhadap rakyat Indonesia diketahui oleh Napoleon. Pada 1811, Daendels dipanggil ke Belanda. Ia digantikan oleh Gubernur Jendral Jansens. Akan tetapi, Jansens kurang cakap dalam melaksanakan tugasnya. Pada 1811 Inggris berhasil mengalahkan Belanda di daerah Tuntang dekat Salatiga, Jawa Tengah. Sejak itulah kedudukan Belanda di Indonesia digantikan oleh Inggris. Pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur Jenderal. Ia bertugas sejak 1811 sampai dengan 1816. Dalam melaksanakan tugasnya Raffles, ia melakukan kerja paksa penanaman kopi di daerah Priangan untuk keperluan pemerintah Inggris.
b. Tanam Paksa
Belanda datang lagi ke Indonesia dengan menunjuk Van der Capellen sebagai gubernur jenderal. Pada 1830, Van der Capellen digantikan oleh Van den Bosch. Ia diberi tugas untuk mengisi keuangan Belanda yang kosong. Untuk memenuhi tugasnya Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa atau Cultuur Stelsel. Dalam melaksanakan tugasnya Belanda membuat peraturan-peraturan pokok tanam paksa sebagai berikut.
1) Rakyat harus menanami 1/5 dari tanah yang dimilikinya dengan tanaman ekspor seperti kopi, tebu, teh, dan tembakau.
2) Hasil tanaman harus dijual kepada pemer¬intah dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.
3) Tanah yang ditanami tanaman ekspor tersebut bebas dari pajak tanah.
4) Kaum petani tidak boleh disuruh bekerja lebih keras daripada bekerja untuk tanaman padinya.
5) Rakyat yang tidak memiliki tanah dikenakan kerja rodi selama 65 hari setiap tahun di tanah milik pemerintah.
6) Kerusakan tanaman menjadi tanggungan pe¬merintah, apabila kerusakan itu bukan karena kesalahan rakyat.
Pihak Belanda bertindak sewenang-wenang dalam mengeruk hasil bumi. Bahkan dalam pelaksanaannya lebih berat dari peraturan yang telah dibuat. Rakyat harus menanami 1/4, 1/3, atau setengah dari tanah yang dimilik untuk dita-nami tanaman tertentu. Hasilnya harus disetorkan kepada Belanda.
3. PERJUANGAN TOKOH DAERAH UNTUK MENGUSIR PENJAJAH BELANDA
a. Pattimura
Melihat penderitaan rakyat Maluku, Pattimura atau Thomas Matulessi, menjadi tergugah hatinya. Ia adalah orang Maluku asli yang menjadi tentara Belanda. Pada 1817 Pattimura bersama dengan rakyat menyerang Benteng Duurstede. Semua teman Belanda dan residen Van den Berg beserta keluarganya terbunuh. alam pertempuran itu rakyat Maluku berhasil menewaskan Mayor Beeces. Ia adalah pimpinan pasukan Belanda. Pada pertengahan November 1817 Pattimura dan teman-teman tertangkap. Pada 16 Desember 1817, Pattimura menjalani hukuman gantung di Ambon.
b. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra Hamengku Buwono III. Hal yang menjadi pemicu perang Diponegoro adalah patok dalam membuat jalan menuju Magelang. Patok itu melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro yang dilakukan tanpa perundingan dahulu. Pada 20 Juli 1825, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya melawan Belanda. Mereka berjuang dengan taktik perang gerilya. Markas Diponegoro berpindah-pindah, yaitu di Selarong, Pleret, Dekso, dan Pengasih.
Pada 1827 Belanda menugaskan Jenderal Marcus de Kock untuk menumpas pasukan Diponegoro. Perlawanan Diponegoro mendapat banyak dukungan, di antaranya Kiai Mojo, Alibasyah Sentot Prawirodirjo dan Nyi Ageng Serang. Pertahanan Diponegoro di Gua Selarong sangat kuat. Belanda kewalahan menghadapi pa¬sukan Diponegoro. Belanda di bawah pimpinan Jenderal De Kock menerapkan taktik baru yakni taktik Benteng Stelsel. Belanda mendirikan ben¬teng di daerah-daerah yang didudukinya.
Kemudian, Pangeran Diponegoro diundang untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, ia tiba-tiba ditangkap dan diasingkan ke Manado. Kemudian dipindahkan ke Makassar sampai wafat pada 8 Januari 1855.
c. Imam Bonjol
Perlawanan terhadap Belanda juga berlangsung di Sumatera Barat. Perlawanan ini dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Kehadiran Belanda di Sumatera Barat untuk menguasai daerah penghasil kopi. Pada 1821, Belanda dengan bantuan Kaum Adat memerangi Kaum Paderi. Tuanku Imam Bonjol memimpin pasukan Paderi untuk menghadapi Belanda. Dalam peperangan ini Belanda dapat dikalahkan. Belada terpaksa mengadakan perjanjian Masang pada 1824.
Pada 1837, pasukan Belanda di bawah pimpinan Letkol Michels menyerbu Bonjol. Pada Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap. Ia kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Ia dipindahkan lagi ke Ambon dan akhirnya ke Lotan dekat Manado. Ia meninggal pada 8 November 1864 dan dimakamkan di sana.
d. Pangeran Antasari
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan terdapat kerajaan yang besar. Setelah Sultan Adam wafat, Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah. Padahal ia tidak disenangi rakyat. Tindakan Belanda di Kesultanan Banjar sema-kin semena-mena. Pangeran Tamjidillah pun mendapat perlawanan dari Pangeran Hidayat dengan dukungan rakyat. Namun, ia mengalami kegagalan dan ditangkap lalu dibuang ke Cianjur.
Kemudian muncullah Pangeran Antasari yang menolak campur tangan Belanda. Pangeran Antasari memimpin rakyat Banjar melawan Belanda sejak 1859 – 1862. Ia diangkat oleh rakyat Banjar menjadi sultan. Pasukan Antasari berhasil meledakkan kapal Belanda beserta pa¬sukannya. Perlawanan Antasari terhenti karena sakit. Akhirnya ia meninggal pada 1862.
e. Sisingamangaraja XII
Perlawanan rakyat Batak terhadap Belanda di daerah Tapanuli dipimpin oleh rajanya, Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja XII menjadi raja sejak umur 18 tahun. Waktu kecilnya bernama Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli 1849. Ia gugur tertembak pada 17 Juni 1907. Ia dimakamkan di Pulau Samosir, Sumatra Utara.
f. Raja Buleleng dan Gusti Ketut Jelantik
Di Bali berlaku hukum adat Tawan Karang. Hukum adat ini menyatakan bahwa setiap kapal asing yang terdampar di perairan Bali akan menjadi milik raja Bali. Pada 1846, Belanda mendarat di sebelah utara Bali. Daerah ini merupakan daerah kerajaan Buleleng. Belanda memerintahkan Raja Buleleng untuk segera mengakui kekuasaan Belanda. Hukum Tawan Karang dihapuskan.
Karena ultimatum ditolak raja, terjadilah pertempuran antara Belanda dan rakyat Bali. Raja Buleleng dibantu oleh Patih Gusti Ketut Jelantik. Akan tetapi, pasukan yang dipimpin oleh Gusti Ketut Jelantik akhirnya terdesak dan mundur ke luar Benteng Jagaraga.
g. Teuku Umar dan Cut Nya’ Dien.
Teuku Umar adalah pahlawan yang pandai, gagah dan berani. la bersama istrinya, Cut Nya’ Dien memimpin perlawanan di Aceh Barat. Untuk menghadapi perlawanan tersebut Belanda menggunakan kekerasan, namun gagal.
Pada tahun 1893, ia menyerah. Teuku Umar diberi pasukan dengan persenjataan lengkap untuk melumpuhkan pejuang-pejuang Aceh. la diberi gelar Panglima Besar Johan Pahlawan. Ternyata, penyerahan Teuku Umar hanya taktik belaka. Pada tahun 1896, Teuku Umar kembali bergabung dengan para pejuang. la berhasil membawa senjata lengkap.
Untuk mengatasi pemberontakan, Belan¬da mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelediki masyarakat Aceh dengan melakukan penyamaran. Dalam penyamaran Dr. Snouck Hurgronje menyamar sebagai ulama dengan nama Abdul Gafar. Dari hasil penyelidikannya, diketahui bahwa kaum bangsawan (Teuku) harus dipisahkan dengan golongan ulama (teungku). Setelah itu belanda mengganti tak¬tiknya dengan taktik adu domba yaitu memisahkan kaum ulama dengan kaum bangsawan.
Pahlawan-pahlawan lain yang ikut dalam Perang Aceh di antaranya, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Meutia, dan Panglima Polim.
0 komentar:
Posting Komentar